Tuesday, August 4, 2015

Wahai Anak-Anak, Cita-Cita bukan Hanya Dokter saja loh.


Pilih Jadi Dokter atau Pemain Bola Ya?
-
Saya kembali membongkar ribuan foto ketika bertugas di Bromo dan sekumpulan tulisan anak-anak tentang cita-cita menggelitik munculnya tulisan ini. Hebat memang lagu Susan Pengen Jadi Dokter, karena ternyata di daerah pelosok sekalipun saya bisa menemui anak-anak yang pengin jadi dokter. Kenapa ya mereka pengen jadi dokter, jujur saya heran. Hehee


13995879671515405232
Dek Mira yang sangat fotogenik :) (DokPribadi)
Ketika sudah hampir setahun juga saya meninggalkan Bromo, ternyata tulisan cita-cita anak SD di samping rumah dinas saya ini dapat membuat saya tersipu malu sendiri. Berbeda dengan kebanyakan anak kota yang mungkin akan menuliskan cita-cita mereka ala kota seperti katakanlah ingin menjadi dokter, artis, atau mungkin presiden, anak di gunung ini lebih “seru”
Coba saja lihat cita-cita Franky yang ingin sekali menjadi pemain sepak bola. Boleh dikatakan memang Franky ini terkenal dengan “ngototnya” bermain bola. Setiap sore bisa dipastikan ada suara Frakny terdengar dari lapangan sepak bola yang tepat berada di depan puskesmas sekaligus rumah dinas saya. Atau lain lagi dengan Vina yang ingin menjadi guru agama Hindu. Suara yang merdu ketika melantunkan tembang doa pujian Hindu selalu terdengar setiap jam 7 malam di pura yang tepat berada di belakang rumah dinas saya. Boleh dikatakan memang rumah kecil ini terletak di tempat strategis, dekat dengan semua tempat peribadatan tiga agama, pura di belakang rumah, gereja dan musola di depan rumah. Juga pas karena bersebrangan dengan rumah dinas pak camat dan juga kantor kelurahan. Yang tidak kalah pentingnya, diapit banyak warung sehingga kami nyaris tidak pernah kelaparan.
13995881572042956784
Franky yang ingin jadi pemain bola (DokPribadi)
13996735501315987197
Oni
13996736401144303660
Fitri
Nah kembali ke cita-cita, ada Sri yang getol ingin sekali menjadi guru matematika. Pertama kali saya melongo tapi ketika saya mengenal lebih banyak anak-anak, mereka sudah dapat secara jelas memetakan ingin menjadi guru bidang tertentu. Ada guru olahraga, guru matematika, guru bahasa inggris maupun guru agama tertentu. Ketika digali lebih jauh, ternyata sosok guru cita-cita mereka adalah idola mereka. Ooh…di kemudian hari saya beruntung bisa mengenal banyak sosok guru berdedikasi tinggi di puncak tertinggi Bromo ini.
1399588526141306356
Dek Vina yang pengen jadi guru Hindu, suaranya okey :) (DokPribadi)
13996727681679687265
Kerennn (DokPribadi)
Dari semua, ternyata ada Putra si kecil yang ikutan menuliskan cita-cita dibantu kakaknya dan cukup mengejutkan, dia ingin menjadi pemain kepang. Eit….jangan melolot dulu, Putra memang saya kenal sebagai anak berbakat dalam bermain kepang dan dia sudah resmi menjadi pemain kepang cilik yang sering manggung kalau musim Ogoh-Ogoh atau perayaan besar Tengger lainnya. Dia bahkan menuturkan kadang ketika pulang dikasih sangu 20 ribu sebagai penyemangat. Bukan tanpa latihan, saya pernah main ke rumahnya dan melihat dia nonton video kepang dan menirukan gerakan di dalamnya, bahkan boleh jadi dia hapal semua video kepang terutama video manggung di Tengger karena kebiasaan disini selalu memanggil khusus tim syuting video. Luar biasa bukan cita-cita yang sudah dihayati sejak umur 4 tahun ini.
13996728771615497492
Unik....(DokPribadi)
Beda lagi dengan si cantik Ana yang kelas lima SD dan ingin sekali menjadi reporter. Kebetulan tempat pengabdian saya beberapa kali diliput tim TV (link disini, disini, dan disini) jadi Ana makin semangat ketika melihat para reporter sungguhan itu beraksi. Ana juga kebagian tugas penting, beraksi di acara “Book For Mountain” termasuk yang memandu adik-adik lainnya.
1399672984779106477
Ada juga ini (DokPribadi)
13996731241100205425
Ana paling depan
1399673258114117860
Terima kasih bukunya....
13996734291841359844
Oni yang pengin jadi guru
Book For Mountain
Berawal dari pertemanan dunia maya yang dijalin sejak 2005 di kanal Multiply (sekarang sudah almarhumah), saya mengenal beberapa penulis buku. Salah satunya Imazahra yang merupakan pencetus munculnya grup Muslimah Backpaker. Dari namanya saja sudah dapat ditebak kalau komunitas ini hobinya jalan-jalan. Yup…benar sekali. Dan tidak menyangka ketika saya bertugas di Bromo, mereka pun merencanakan trip yang tidak tanggung-tanggung membawa 60 lebih pasukan.
13996723961275122806
Seruuu...(DokPribadi)
Ternyata bukan sembarang trip yang mereka rencanakan tapi juga trip yang dapat member arti pada lingkungan sekitar. Muncul kemudian gagasan untuk membuat “Book for Mountain” yang artinya para peserta trip boleh saja menyumbangkan buku jenis apapun yang dapat dimanfaatkan kembali untuk anak-anak di Bromo. Setali tiga uang dengan perpustakaan yang kami rintis di Bromo maka tentu saja ajakan ini pun saya iyakan.
Tentu saja pertama kalinya yang terlintas di benak saya adalah bagaimana cara rombongan ini sampai dengan selamat di Bromo karena kebetulan desa saya adalah Tosari. Memang secara geografis leih dekat dengan gerbang Bromo apalagi ada Desa Wonokitri yang merupakan milik Tosari. Namun jujur tidak banyak rombongan wisata melewati jalur ini karena harus melintasi Pasuruan sementara kebanyakan wisatawan lebih memilih melewati jalur dari Malang ke Nongkojajar. Apalagi dengan rombongan banyak yang mana ukuran bis akan jadi masalah ketika masuk ke tanjakan. Maklum jalanan kami tidak lebar dan terkadang supir yang belum terbiasa bisa mogok di jalan, atau kadang juga harus dikawal satu mobil brikade polisi.
Akhirnya beragam kekhawatiran saya hilang karena rombongan Muslimah Backpaker sampai dengan selamat di tujuan dan anak-anak Bromo pun menyambut bahagia. Bahkan orang tuanya pun guyup rukun membuat hidangan special. Apa lagi yang akan bikin kangen setiap kali berkunjung ke Bromo kalau bukan kulupan hijaunya yang dikenal sebagai “semen”. Sebenarnya ini berasal dari kata “semaian” yang maksudnya daun hijau yang muncul kemudian di gagang kobis ketika kobis sudah dipanen. Jadi terkadang dipakai bercanda kalau makan semen cor Bromo akan ketagihan. Semenan dipadupadakan dengan sambal terasi plus ikan teri dan nasi hangat ini lengkap menemani kebersamaan mereka. Sekembalinya dari merasakan savanna dan juga kawah Bromo, mereka pun bercengkarama bersama anak-anak Bromo sembari menikmati lauk pauk khas Bromo.
1399668481322354635
Bu Ayi membantu memasak ala Bromo (DokPribadi)
13996695761439476117
Anak-anak menemani proses seru memasak dengan tungku arang (DokPribadi)
13996699411220065956
Lezatnya kentang dibikin bergedel bulet (DokPribadi)
13996705152086723056
Sayur labu campur jagung ternyata lezat juga (DokPribadi)
1399670631877858551
Ni dia semenan dan sambel hmm..(DokPribadi)
1399670774134711310
Wuiih serunya Muslimah Backpaker menikmati rasa Tengger (DokPribadi)
Tak ayal, buku pun mempersatukan mereka. Hingga saya menuliskan ini, perpustakaan kecil di rumah dinas saya makin ramai dikunjungi anak-anak. Membaca memang belum menjadi hobi tapi tidak ada yang tidak mungkin jika kebiasaan itu dimulai dari sekarang. Siapa tahu ketika kebiasan itu sudah berjalan, cita-cita anak Bromo satu persatu akan terwujud.
13996719511998952240
Cita-Cita Bromo (DokPribadi)
Salam Hangat Bromo
Dr.Hafiidhaturrahmah
Ketika menjadi Pencerah Nusantara 
Saat ini sekolah lagi dokter anak di UGM


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...