Lama tidak teringat akan kadaver, sampai suatu saat ada yang bertanya pengalaman pertama megang kadaver. Lama banget, tahun 2003 sejak saya pertama kali ikutan OSPEK. Kalau sekarang, syukurlah tidak pernah lagi berusan dengan kadaver karena sekolahnya megang "anak-anak". Bahasa keren untuk sebuah mayat yang diawetkan dan dijadikan bahan pembelajaran para calon dokter dan tenaga medis lainnya itu memang bernama cadaver. Bentuk organ manusia yang mungkin sudah berubah warna bukan merah segar lagi tapi hitam legam karena teroksidasi formalin itu memang disebut cadaver.
belajar dari kadaver sudah sejak dari dulu
Ya, apapun bentuknya, kali ini saya ingin berbagi kisah tentang cadaver, sesuatu yang menjadi momok paling mengerikan bagi anak kedokteran untuk pertama kalinya, namun akhirnya menjadi teman paling menyenangkan. Cadaver...pertama kali kata itu saya tahu saat mengikuti OSPEK. Cerita mengerikan dari kakak kelas tentang cadaver membuat saya membayangkan kadaver sebagai sesosok mayat yang menyeramkan, kalau tersenyum terlihat giginya yang keropos, muka tercacah tidak karuan dan berbau sebusuk bangkai ayam. Ditambah lagi dengan imajinasi terlalu banyak menonton film horor, lengkap otak saya merekam gambaran mengerikan sesosok kadaver. Seonggok manusia telanjang tanpa nyawa yang ada di atas meja periksa dengan kulit, otot, bahkan tulang sudah tercabik-cabik lantaran terlalu banyak digunakan sebagai media pembelajaran itu memang bernama cadaver.