Friday, February 26, 2021

Waspada Jika Mau Menikah! Resensi "Orang-Orang Larenjang"

Pertama kali membaca cerpen ini, Orang-Orang Larenjang karya Damhuri Muhammad, saya langsung mencari tahu apa itu larenjang. Apa benar ia di adat istiadat kawin sesama suku dari bengkulu? Karena jujur saja asli bengkulu (dari turunan mama) tapi saya belum pernah dengar. Yang saya tahu memang ada suku "Rejang" tapi bukan larenjang. Penasaran.


Damhuri menceritakan dengan bahasa yang "unik", padu padan yang bagi orang awam jarang didengar. Contoh saja kata pembukanya "luaskan gunjing, asung, dan pitanah". Saya malah belum pernah memakai kata itu dalam keseharian. 



Cerpen ini diolah dengan research mendalam, terbukti Damhuri dapat menceritakan dengan detail setup tokohnya multi dari penghulu Bendara Gemuk, Julfahri, Nurhusni dan warga desa yang tidak setuju mereka menikah. Detail tentang tradisi mendarah daging kawin sesama suku pun terasa kental.


Kegalauan pihak ketiga akan terjadinya kawin sesama suku diceritakan dengan ciamik, plot berubah dari satu pemain ke pemain berikutnya dengan bagus. Sayangnya memang seakan penulis menggiring adat istiadat yang dilanggar pasti akan berujung pada petaka. 


Yah, di akhir kita bisa mendapatkan twist bahwa si lelaki yang menikahi wanita sesama suku itu setelah punya dua anak, harus mengalami berbagai kesedihan ditinggal mati kedua anaknya bahkan sampai istrinya. Padahal saya berharap twist yang sedikit melenceng, karena butuh usaha kuat untuk berani diusir dari desa dan merantau selamanya. Jadi harapan saya, tradisi itu tidak sekejam itu, atau bahkan pada kenyataannya lebih kejam?


Silakan baca sendiri cerpen yang sudah sering menjadi ulasan di dunia maya ini :)



salam literasi

Avis


#KelasMenulisPadmedia #Batch4



Saturday, February 13, 2021

Kanker Anak: Harapan Tak Pernah Padam



Aku mengerti perjalanan hidup yang kini kau lalui
Ku berharap meski berat, kau tak merasa sendiri
Kau telah berjuang menaklukkan hari-harimu yang tak mudah
Biar ku menemanimu membasuh lelahmu
Izinkan kulukis senja mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita menangis, tertawa
Biar kulukis malam bawa kamu bintang-bintang
Tuk temanimu yang terluka hingga kau bahagia
Aku di sini walau letih, coba lagi, jangan berhenti
Ku berharap meski berat, kau tak merasa sendiri
Kau telah berjuang menaklukkan hari-harimu yang tak indah
Biar ku menemanimu membasuh lelahmu
Izinkan kulukis senja mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita menangis, tertawa
Biar kulukis malam...bawa kamu

 


Hari ini saya cengeng lantaran berulang kali memutar lagu melukis senja yang dinyanyikan ulang oleh Kefas Zebua (saudara Mba Tabita 💕💕💕). Lagu mendayu penuh semangat yang ditujukan untuk pasien kanker yang berlatar belakang rumah sakit Sardjito Yogyakarta ini jelas mengingatkan saya pada mereka para pejuang kanker. Bukan hanya pasien yang berjuang namun juga keluarga besarnya. 

Jujur tiap kali harus menjelaskan penyakit kanker pada orang tua, saya selalu tidak dapat menjawab pertanyaan mereka. 

"Kok bisa anak saya kena kanker? "
"Kenapa harus anak saya? "
"Kok bisa padahal anak saya sehat sebelumnya"
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...