Sunday, November 7, 2021

Resensi Buku: Bagaimana Ngajarin Anak Kalau Bapak Ibunya "Sekolah"?

Bagi yang pernah berjuang di bangku “kuliah” sambil hamil, melahirkan, menyusui pasti bisa menjawab pertanyaan di atas. Jelas saja, anak yang tumbuh dalam rahim mamanya yang sedang menuntut ilmu akan terbiasa dengan belajar sepanjang hayat.  Buku parenting tulisan Ario Muhammad ini melukiskan jawaban dari pertanyaan di atas, bedanya kedua orang tua si anak sedang belajar di bangku S3 di UK. 



Sebelumnya, saya angkat topi kepada para PhD yang telah berhasil melalui segala aral melintang dunia doctoral yang pastinya tidak mudah. Saya sudah menjalani 4-5 tahun dunia residensi, spesialiasi sekaligus S2 bersamaan di universitas dalam negeri.  Saya mengakui S3 di luar negeri membutuhkan mental baja. Perut saya sering mulas ketika melihat rekan saya yang sedang S3 berjibaku dengan tumpukan paper.  Keingingan untuk bisa terus belajar sampai di tingkat PhD masih saya pupuk sebagai bentuk belajar sepanjang hayat.  


Buku 1: PhD Parent’s Stories (Menggapai Mimpi bersama pasangan Hidup) 

Nama Ario Muhammad tentunya tidak asing lagi bagi yang mengikuti beberapa tulisannya terkait perjuangannya mendapatkan beasiswa, mencari jodoh sampai akhirnya membesarkan anak di UK. Buku pertamanya PhD Parent’s Stories (Menggapai Mimpi bersama pasangan Hidup) lebih mengisahkan catatan perjalanan dari bertemu sampai memutuskan memilih Ratih sebagai istri. Petuah hidup cara memilih pasangan berguna bagi pembaca yang masih galau atau sedang beristikharah akan jodoh. Penulis mengakui dia melamar istrinya dalam kondisi tidak mapan. Setelah tujuh tahun menikah, penulis bertanya kepada istrinya kenapa saat itu dia mau menerimanya, di saat ada calon suami lain yang mapan secara ekonomi, berasal dari keluarga terpandang dan juga berpendidikan tinggi. Sementara dia hanya mengandalkan optimisme yang akan dirajut bahwa dia akan mampu membahagiakan istrinya. “Tidak punya alasan lain untuk menolak.” Seserhana itu jawaban wanita yang kini telah dianugerahi dua anak, Muhammad DeLiang Al-Farai dan Daisy Ramadhani Muhammad. 

Buku ini menggambarkan pentingnya visi misi yang sama dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Jangan biarkan orang lain menjadi yang pertama mendengar atau merasakan kegelisahan pasangan kita, saling terbuka dan percayalah. Partner hidup kita adalah sahabat sepanjang hayat yang tahu kapan kita berduka, yang tahu kapan kita bersuka cita. 

 

Dari Rasulullah, Bill Gates sampai Obama

Buku ini juga menyelipkan kisah panutan perjuangan cinta Rasulullah bersama Khadijah. Betapa perempuan tangguh tersebut selalu menemani Rasulullah dari muda sampai menyebarkan islam. Tak hanya itu, perjuangan Bill Gates dan Melinda serta Barack Obama dan Michelle pun digambarkan dengan mesra betapa selalu ada sosok wanita yang menjadi sahabat dalam suka dan duka seorang suami. 


Penulis juga menyertakan beberapa kisah para wanita muslim tangguh yang berjuang keras melawan diskriminasi muslim di UK. Seperti Bu Ayu yang bersikeras melanjutkan S3 karena ingin menunjukkan citra muslim pandai dan beradab. Nadiya Hussain dengan jilbabnya juga berhasil memenangkan kompetensi baking ternama di UK. Dewi Nur Aisyah juga menyelesaikan PhD bersama dua bukunya Awe Inspiring Me dan Sholihah Mom’s Diary. Mereka memutuskan untuk tidak sekadar hanya menginspirasi anak sendiri saja, tetapi juga menularkan kepada orang lain.  Perjuangan Fadumo Dayid, perempuan Somalia yang hidup berpindah tempat, yang ayah ibunya tidak mampu membaca, yang perjuangannya mencari suaka ke Finlandia akhirnya membuka pintu untuk sekolah dan berhasil meraih dua gelar. Pendidikanlah yang akan dapat mengubah masa depan seseorang hingga suatu bangsa.

 

Harus Punya Grit

Dr. Newport, dosen di Goergetown University menegaskan menjadi orang yang produktif tidak cukup hanya dengan niat atau keinginan saja. Kita wajib membuat rutinitas dan ritual harian supaya kualitas manajemen waktu terjaga baik. Cara termudah adalah dengan menghilangkan hal-hal yang dapat mendistraksi fokus, misalnya saja meletakkan HP di tempat yang sulit terjangkau, atau mematikan semua koneksi yang dapat tersambung ke hal penyita waktu yang mubazir agar kita dapat fokus menyelesaikan apa tujuan kita.  Senada dengan itu, Dr. Angela Duckworth penulit buku Grit, salah satu New York Times Best Seller, mengatakan jika kesuksesan ditentukan oleh kualitas grit. Baginya grit adalah gabungan passion dan kemampuan berusaha menghadapai kesulitan dalam jangka waktu lama atau lebih mudahnya tidak pantang menyerah. Jika jatuh maka bisa bangkit sendiri. 

Penulis mencermati pembeda dari pola asuh yang biasa ada di Indonesia dengan di UK adalah orang tua tidak memberikan anak kebebasan untuk mencoba sehingga anak tidak terbentuk grit. Kita bisa mengamati bagaimana orang tua khawatir anaknya jatuh jika bermain kejar-kejaran, panjat-memanjat sehingga tidak sadar sering mengatakan “jangan” atau “awas nanti jatuh”. Padahal orang tua di UK akan mengamati anaknya dari jauh dan membebaskan anak main, mengenali rasa sakitnya ketika jatuh lalu dia akan lebih hati-hati kemudian hari. 

 

Anak bukan Miniatur Kita

Penulis baru menuturkan kisah kelahiran anak pertama dan pengasuhan anak saat di Taiwan juga di UK pada sepertiga bagian terakhir buku. Deliang yang saat ini telah menuliskan banyak buku tumbuh bersama kedua orang tua hebat yang juga punya GRIT, kegigihan dan pantang menyerah. Tentu tidak semua yang kita lihat anak hebat lahir sudah hebat dari sananya, ada pengaruh ligkungan dan juga orang tua yang membentuk karakter anak. Pengalaman Ario dan Ratih membesarkan anak dalam lingkungan minoritas di UK seru untuk dijadikan bacaan, beruntung berada di negara UK yang fasilitas pendidikannya mendukung pertumbuhan Deliang secara signifikan. Namun, tidak perlu berkecil hati untuk yang saat ini tidak menikmati fasilitas seperti yang Deliang alami, membangun kebiasaan anak dapat dilakukan di negara apa saja, kapan saja, dan tentu saja secara berkesinambungan. Membiarkan anak menikmati dan mencintai proses belajar lebih penting daripada hasil akhir misal anak menjadi juara kelas. Tidak perlu membandingkan anak anda dengan anak orang lain, karena akan menguras energi anda yang seharusnya dapat digunakan untuk fokus membesarkan anak. Seorang Ario berulang kali dalam buku ini menekankan pentingnya peran istrinya, jadi wahai para ibu, beruntunglah kita yang dapat melahirkan dan mengasuh serta membimbing anak kita sendiri. Perkara ada orang lain yang ikut membantu, itu anugerah, jikalau tidak ada, maka peran ibu sudah lebih dari cukup. 


Jika nanti cetak ulang kembali, halaman 92 ada typo sedikit "kta". 


Buku 2:PhD Parents’ Stories 2 – Ayah Under Construction

Jika sudah membaca buku part pertama, buku kedua ini memang ada banyak pengulangan cerita dengan penambahan isi. Kisah penelitian Prof. Mischel yang melakukan eksperimen berjudul Marshmallow Test kembali dituliskan. Kisah ini berhubungan dengan pengendalian diri, ketika anak usia 3-5 tahun diuji dengan sebuah permen di hadapannya. Sang guru berpesan yang bisa menjaga tidak memakan permen dalam 30 detik maka akan mendapatkan dua buah permen. Tidak banyak yang bisa bertahan, melakukan pengendalian diri. Satu anak yang bertahan tidak memakan permen tersebut, 20 tahun kemuaian berhasil merampungkan kuliahnya di kampus kedokteran sementara yang memakan permen sebelum waktunya beberapa kali mengambil cuti kuliah karena galau akan bidang yang mereka geluti. Ini menarik untuk dicoba, dipraktekkan jika kita penasaran apakah anak kita mempunyai pengendalian diri yang hebat. Tentu saja, jika permen digantikan dengan gawai akan jadi masalah lain bukan, haha.

 

Part kedua ini memang lebih banyak mengisahkan hubungan penulis dalam mengajari DeLiang ilmu kehidupan. Penulis juga dilatih kesabarannya selama mengajari DeLiang mengaji. Percakapan mengalir kisah penanaman iman juga menarik. Saya tidak membayangkan jika proses 5 tahun awal DeLiang ini tidak berada di negara luar mungkin akan berbeda hasilnya. Tidak perlu mengandai, DeLiang yang saat ini adalah proses kerja keras dan pantang menyerah dari anak yang berbahasa Inggris tersendat-sendat menjadi lancar membaca buku hingga menulis bukunya sendiri. DeLiang dibentuk ritme hariannya agar terbentuk grit. Orang tuanya memberikan pengajaran melalui contoh nyata misalnya dengan menghafalkan Al-Qur’an juga, berolahraga rutin dan juga bersekolah PhD. 


Well done DeLiang dan Daisy, semoga sehat selalu ya nak dan makin menginspirasi banyak anak Indonesia untuk pantang menyerah. 


Terlepas ini adalah buku yang ditulis secara penuh oleh Ario, alangkah serunya jika ada nama istri sebagai penulisnya juga dengan menambahkan sudut pandang pengasuhan dari sisi istri karena parents stories bisa berimbang dari ayah dan ibu. Bagaimana kalau ini saya aminkan sebagai buku Parents Stories part 3 ya, biar lebih afdol. Termasuk parenting saat anak kembali ke Indonesia dan memutuskan untuk home schooling. Lah ini kok jadi saya yang nagih, hehe. Termasuk membangun keluarga yang konsisten menghafal Al-Qur'an. 


Jadi tuk mendapatkan cerita utuh perjuangan mendidik anak di luar negeri, harus baca dua jilidnya langsung ya. 





Salam Parenting

Avis

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...