Friday, July 17, 2015

Bu Dokter, Anak Saya Kena Bangka Babi


“Bu Dokter, anak saya kena bangka babi,” otomatis indera pendengaran saya melebar. Sudah lama sekali tidak mendengar bangka babi disebut sejak terakhir saya mengabdikan diri di pedalaman Pulau Sumba dan sekarang ketika di Papua saya mendengar lagi istilah yang sama.

“Bangka babi bagaimanakah Mama?” saya memastikan sambil meraba pipi anaknya yang membesar namun tidak kesakitan saat disentuh.

“Anak kecil ada jatuh lalu kena pipi dan sekarang jadi bangka besar seperti babi.” Otak saya mulai mencerna bangka babi ini sama tidak dengan istilah yang sering saya dengar di Sumba dulu. Si Mama menjelaskan lebih rinci ketika anaknya memang terjatuh dari pohon dan setelahnya bengkak lalu dan singkat cerita menjadi bangka babi.

“Baru sudah dibawa ke manakah Mama anak kecil?”

“Ke rumah sakit toh lalu lanjut obat su empat bulan,” dan sekarang saya mengerti. Ternyata ini bangka babi yang sama.

Berobat rutin itu wajib



Bangka Babi dan Tuberkulosis

Bangka babi sebenarnya banyak digunakan oleh penduduk di Indonesia Timur untuk menggambarkan suatu kondisi “bengkak”. Pengucapannya seperti “Bengkak Babi” hanya dengan aksen timur menjadi “Bangka”. Konon istilah ini muncul lantaran babi banyak dipelihara dan ada lalat yang ukurannya kebih besar dibandingkan normal sehingga dijuluki lalat babi. Jika menggigit, dipastikan akan menimbulkan bengkak yang sakit bahkan dapat menghitam. Sayangnya, belakangan istilah bangka babi digunakan untuk menunjukkan adanya pembengkakan. Seperti halnya pembengkakan di pipi gadis cilik Papua di bawah ini. Jika diperhatikan lebih seksama sebenarnya yang membengkak adalah kelenjar getah bening di bagian leher dan biasanya tidak disertai rasa sakit.

Pembengkakan tersebut merupakan salah satu gejala umum dari munculnya penyakit Tuberkulosis (TB). Gejala umum lainnya dapat berupa berat badan sulit naik, demam berkepanjangan, atau batuk kronik lebih dari tiga minggu. Berbeda dengan gejala umum, ada pula gejala khusus seperti munculnya benjolan di punggung yang disebut gibbus seperti kisah Rendi, pasien TB Tulang di pemukiman kumuh Jakarta yang pernah saya tulis sebelumnya.

Bandelnya Kuman TB

Mycobacterium tuberculosis erat kaitannya dengan TB . Kuman yang konon telah ada sejak zaman dahulu kala, sekitar 17.000 tahun yang lalu ini sempat ditemukan pada relief orang Mesir Kuno yang seolah mempunyai benjolan punggung alias gibbus. Walaupun kenyataan jenis kuman itu baru dibuktikan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Faktanya, sudah lebih dari 100 tahun sejak ditemukan, TB masih merajalela. Kuman yang ditularkan melalui droplet ketika bersin atau batuk ini ternyata sangat mudah beradaptasi di lingkungan padat penduduk. Terlebih lagi, sering kali kuman ini mempunyai kekuatan untuk bersembunyi alias dorman/tidur di dalam badan manusia sehingga manusia tidak menyadari dirinya sudah membawa kuman TB ke mana-mana.

Jika daya imun tubuh melemah barulah kuman ini dapat terlihat gejalanya sebagai batuk terus-menerus hingga muncul batuk darah. Sayangnya, gejala itu pun belum mampu membuat si penderita TB memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Maklum, meningkatkan angka perokok juga mempengaruhi karena boleh jadi batuk dianggap sebagai gejala biasa. Parahnya lagi jika si pasien ini ternyata orang dewasa, dia mampu menularkan ke anak-anak. Oleh karenanya dalam menegakkan diagnosis TB, dokter wajib menanyakan adanya riwayat kontak si anak dengan orang dewasa yang juga dicurigai TB aktif.

TB dan Hidup Bersih

Dilihat dari jenis kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis maka tidak salah bila dikatakan TB ini erat kaitannya dengan hidup bersih. Namun bukan berarti kuman yang bandel ini tidak dapat dicegah perkembangannya. Berikut beberapa langkah agar terlindung dari kuman TB:

1. Meningkatkan imunitas diri dengan makan makanan bergizi dan memperbanyak olahraga. Bagi bayi, ASI eksklusif sangat dianjurkan.

2. Menjaga kebersihan diri dimulai dari melakukan PHBS (Perilaku Hidup bersih dan Sehat) dan yang paling sederhana berupa Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

3. Menutup mulut ketika bersin dan setelahnya mencuci tangan.

4. Menjaga kebersihan rumah mengingat si kuman TB ternyata mati jika terkena sinar matahari langsung. Usahakan rumah dan tempat tinggal anda tidak gelap dan lembab karena ini dapat menyebabkan kuman masuk ke tubuh anda dan tertidur sejenak.

Demikian tipsnya, semoga tidak ada lagi yang terkena bangka babi.

Salam yang pernah di Papua

dr.Hafiidhaturrahmah

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...